Populer

Pesan Singkat

Jumat, September 26, 2008
Warga Kelurahan Giriwoyo tahun ini akan mengadakan sholat IDUL FITRI yang akan dipusatkan di Lapangan Giriwoyo, yang sebelumnya sholad ID diadakan didaerah masing-masing tahun ini kembali Kelurahan Giriwoyo mengadakan sholat Id bersama yang dipusatkan di lapangan Giriwoyo. Untuk Imam pada pelaksanaan Sholat ID tersebut Insya Alloh Bapak Zaini Dahlan dari Brak Lor dan untuk Khotib Bapak Katemin dari Kamalan.
Malam hari raya Idul Fitri akan diadakan Takbir Keliling yang sudah biasa dilakukan di kelurahan giriwoyo. yang akan dipusatkan dan diberangkatkan dari Masjid Mujahidin Giriwoyo dan diperkirakan keliling ke Giritonto dan Baturetno. Selamat idul Fitri Mohon Maaf Lahir dan Bathin
Selasa, September 23, 2008
Giriwoyo - Warga Desa Tirtosworo, Kecamatan Giriwoyo mendesak Pemerintah Kabupaten segera menindaklanjuti pengunduran diri Kepala Desa (Kades) Tirtosworo, Daryatmo. Pasalnya, akibat ketidakjelasan tersebut, banyak perangkat desa setempat yang mogok bekerja. Alhasil pelayanan kepada masyarakat pun terkendala.
”Kami harap segera ada kejelasan soal pengunduran diri Kades Tirtosworo. Kini banyak perangkat desa yang mogok kerja. Kami masyarakat jadi terganggu dengan kondisi itu,” kata tokoh masyarakat setempat, Thomas Soetardjo, 60, kepada Espos, Sabtu (20/9). Secara pribadi, ia salut dengan langkah Daryatmo yang mengundurkan diri dari jabatan Kades lantaran merasa tak mampu melaksanakan tugas. Sayangnya, sebut dia, niat baik itu, ternyata harus melalui proses yang cukup panjang. Salah satunya adalah penolakan surat pengunduran diri Daryatmo karena dianggap tidak sesuai prosedur. ”Setahu saya surat itu sudah diserahkan kepada Camat, namun karena surat itu ditujukan langsung kepada Bupati, maka oleh Camat, surat itu diserahkan kepada Kasi Pemerintahan Kecamatan untuk dikembalikan ke desa. Desa diminta mengirim sendiri ke Kantor Kabupaten,” terang Soetardjo. Ternyata, saat pihak desa mengantarkan surat tersebut ke secara langsung ke Kantor Pemkab Wonogiri, justru dianggap tidak sesuai prosedur. Hal ini, lanjutnya, menimbulkan kebingungan. Tak hanya itu, proses pengunduran diri yang tak dikomunikasikan dengan para perangkat desa, dinilai Soetarjo menjadi penyebab kekecewaan sebagian perangkat desa, sehingga mereka memutuskan untuk mogok. Dalam kesempatan tersebut, Soetardjo juga sempat mengungkap sebagian permasalahan yang timbul di desa dan ditengarai menjadi penyebab pengunduran diri Daryatmo. Salah satunya adalah soal pengangkatan saudara Daryatmo, Sri Wahyuningsih sebagai kepala Dusun Klego. ”Pengangkatan itu sempat ditentang warga. Sebagian besar tak menghendaki pengangkatan Sri Wahyuningsih sebagai Kadus,” tambah dia. Mundur lagi Terpisah, Daryatmo, mengaku telah melakukan pencabutan surat pengunduran dirinya yang pertama, dan kembali mengajukan surat pengunduran diri baru dengan melalui Camat Giriwoyo. ”Surat pengunduran diri pertama yang dianggap tidak sesuai prosedur itu sudah saya cabut. Sebagai gantinya, saya sudah ajukan surat yang baru, tinggal menunggu bagaimana tindak lanjut Camat dan Bagian Pemerintah Desa (Pemdes) Setda Wonogiri,” papar Daryatmo saat dihubungi Espos, kemarin. Lebih jauh, ia mengaku pengunduran dirinya tersebut diajukannya tanpa unsur paksaan dari pihak manapun. Ia merasa tidak mampu menangani berbagai persoalan yang ada. Kendati begitu, Daryatmo enggan mengungkap secara gamblang permasalahan yang dihadapinya. Dalam kesempatan itu, Daryatmo juga menampik keras isu pemogokan para perangkat desa. ”Hingga saat ini semua masih bekerja seperti biasa. Tidak benar ada pemogokan perangkat desa. Kalaupun ada yang tidak masuk karena ada kepentingan keluarga atau hal lain, saya rasa hal itu cukup wajar,” tegasnya dia. - Oleh : Esmasari Widyaningtyas sumber : http://www.solopos.net/zindex_menu.asp?kodehalaman=h42&id=81658
Jumat, September 19, 2008
Wonogiri - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri menyediakan layanan hot spot gratis di seluruh kecamatan selama dua pekan, mulai sepekan menjelang Lebaran dan sepekan setelah Lebaran.
Kepala Kantor Pengelolaan Data Elektronik (PDE) Wonogiri, UMT Sudarto, di Wonogiri, Rabu (17/9), menyebutkan bahwa layanan tersebut dimaksudkan untuk memberi pelayanan kepada masyarakat umum, baik pemudik maupun warga setempat. ”Kalau tahun sebelumnya, kami baru bisa memberi pelayanan hot spot gratis di 14 kecamatan, sekarang sudah semakin luas di 25 kecamatan,” terangnya. Selain menyediakan layanan hot spot gratis di tiap kecamatan, PDE juga menyediakan layanan serupa di kawasan Kantor Pemkab Wonogiri. ”Berbeda dengan layanan yang ada di kecamatan yang hanya bisa dinikmati selama dua pekan, layanan hot spot di sekitar Kantor Pemkab bisa dinikmati sepanjang tahun,” kata dia lagi. - Oleh : ewy sumber : http://www.solopos.net/zindex_menu.asp?kodehalaman=h42&id=81150
Jumat, September 12, 2008
Giriwoyo - Perangkat Desa Tirtosworo, Kecamatan Giriwoyo, Rabu (10/9) lalu, melancarkan aksi mogok sebagai buntut dari ketidakjelasan proses pengunduran diri kepala desa setempat, Daryatmo. Mereka memilih tak menghadiri rapat tingkat desa.
Sebanyak 12 dari 14 perangkat desa yang ada, mengaku urung menghadiri rapat koordinasi tingkat desa rutin, Rabu kemarin. ”Kami memutuskan tidak hadir dalam rapat koordinasi sebagai wujud dari kekecewaan kami terhadap ketidakjelasan proses pengunduran diri Kades Tirtosworo, Daryatmo,” jelas Kepala Dusun Manggung, Desa Tirtosworo, Putut Nursetyanto, kepada Espos. Ditambahkan Putut, ketidakhadiran 12 perangkat desa tersebut diartikan pula sebagai aksi mogok perangkat desa yang dipicu oleh ketidaktegasan Pemkab. Bila proses pengunduran diri tersebut tak kunjung mendapat ketegasan dari Bagian Pemerintah Desa (Pemdes) Setda Wonogiri, Putut dan rekan-rekannya mengancam melakukan mogok kerja total. ”Yah, kalau tak kunjung ada kepastian, kami akan mogok, meninggalkan tugas-tugas,” tegasnya lagi. Sesuai prosedur Seperti sempat diberitakan sebelumnya, Bagian Pemdes Setda Wonogiri menolak pengajuan pengunduran diri Daryatmo lantaran dianggap tak sesuai prosedur. Berdasarkan aturan, sebelum surat pengunduran diri diajukan ke Bagian Pemdes, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) semestinya melakukan koordinasi dengan kecamatan setempat sebagai perpanjangan tangan Pemkab di daerah. ”Kami sudah minta pihak desa untuk mengajukan diri sesuai prosedur, artinya harus melalui Camat terlebih dulu. Kalau tidak, ya tidak akan kami proses. Aturannya memang seperti itu,” terang Kepala Bagian Pemdes Setda Wonogiri, Sunarso saat ditemui Espos di ruang kerjanya, kemarin. Ditambahkan Sunarso, hingga saat ini, ia belum mendapat kabar kelanjutan pengunduran diri tersebut. Hal senada juga disampaikan Camat Giriwoyo, Bawarto. Bawarto menjelaskan bahwa BPD Tirtosworo, hingga kemarin, belum memberi kabar mengenai pengunduran diri Daryatmo tersebut. ”Saya belum dapat informasi apapun terkait dengan pengunduran diri tersebut, yang jelas seperti saya jelaskan sebelumnya, pihak Kecamatan dan Pemdes Setda Wonogiri menyarankan agar pengunduran diri dilakukan secara prosedural sehingga bisa diproses dan ditindak lanjuti,” kata dia. Menanggapi hal itu, Putut bersikukuh bahwa ia dan rekan perangkat desa lainnya membutuhkan penegasan resmi dari Bagian Pemdes. ”Surat yang kami sampaikan itu kan surat resmi, semestinya juga ditanggapi dengan keterangan resmi atau surat resmi juga, bukan hanya pernyataan di media,” kata dia lagi. - Oleh : Esmasari Widyaningtyas [solopos.net]
Senin, September 08, 2008
Seperti kebanyakan daerah lain di kawasan selatan Wonogiri, Desa Gambirmanis, Pracimantoro memang tercatat sebagai salah satu daerah paling kering.
Setiap tahun, warga desa ini, harus menghabiskan ratusan ribu rupiah hanya untuk mendapatkan air bersih yang layak. ”Kalau pakai air di sini (Desa Gambirmanis-red) harus hemat, di sini air susah dicari,” ujar Sukini salah satu warga Desa Gambirmanis. Meski terkenal sebagai daerah kering, bukan berarti desa ini tak memiliki potensi yang bisa dikembangkan. ”Produksi singkong di desa kami cukup baik,” ujar Kepala Desa Gambirmanis, Subardjo, saat ditemui Espos di Wonogiri, beberapa waktu lalu. Di Gambirmanis, singkong memang menempati posisi teratas sebagai tanaman pangan bagi masyarakat setempat. Saking melimpahnya produksi singkong di Gambirmanis, oleh penduduk setempat singkong tak habis dimanfaatkan untuk bahan pangan sehari-hari, selebihnya dijual untuk sebagai tambahan penghasilan. ”Hasil pertanian andalan di Gambirmanis ya singkong. Kalau sedang panen, singkong dari daerah kami sampai dikirim ke luar daerah. Dikumpulkan ke pengepul-pengepul lalu dibawa keluar daerah dengan truk,” terang Subardjo lagi. Singkong memang salah satu tanaman yang mampu bertahan bahkan berkembang di lahan pertanian minimnya air. Kekeringan membuat petani setempat tak punya banyak pilihan dalam menanam. Untuk menyiasatinya, petani kerap menggunakan sistem tumpang sari. Selain singkong, Gambirmanis sebenarnya memiliki potensi lain yang dapat dikembangkan, yaitu kerajinan pembuatan mebel. Di Gambirmanis ada satu pengrajin mebel, tapi belum bisa berkembang karena modalnya kecil,” kata Subardjo. Keberadaan pengrajin mebel ini, sambung dia, sebenarnya memiliki potensi untuk berkembang bila mendapat modal yang cukup, apalagi pembuatan mebel itu bisa disinergikan dengan pengembangan kerajinan ukiran yang ada di desa itu. ”Bidang pertanian berbeda dengan kerajinan, karena itu modal yang dibutuhkan juga tidak sedikit, belum lagi pemasaran untuk mebel juga belum terlalu luas. Maklum akses transportasi ke Gambirmanis belum terlalu baik.” - Oleh : Esmasari Widyaningtyas [solopos.net]
Keberadaan mesjid di suatu daerah, seperti juga keberadaan istana kerap kali menandai permulaan munculnya peradaban di kawasan tersebut.
Seperti keberadaan mesjid kuno di Dusun Tekil Kulon, Desa Sendangrejo, Baturetno, yang rupanya menjadi penanda dimulainya peradaban di desa tersebut. Bila diperhatikan sekilas, bangunan mesjid dengan atap limasan khas Jawa ini terlihat sederhana. Bagian dindingnya terbuat dari kayu tua, dan di bagian ujung atapnya terdapat penutup yang terbuat dari tanah, sementara itu bagian fondasinya disangga dengan batu besar berwarna putih kekuningan yang kelihatannya cukup tua. Tidak ada yang tahu persis kapan mesjid ini berdiri. Menurut warga sekitar, mesjid kuno ini bahkan sudah ada saat Nyi dan Ki Wonokerso, perintis kawasan tersebut, tiba di Dusun Tekil Kulon yang bersebelahan dengan Dusun Wonokerso. ”Konon, keberadaan mesjid ini masih berkaitan erat dengan Mesjid Agung Demak, malah sebagian sesepuh kampung memperkirakan umur mesjid ini lebih tua daripada Mesjid Demak,” ujar Mulyanto, 47, warga setempat, yang ditemui Espos di mesjid tua tersebut, beberapa waktu lalu. Konon, mesjid ini juga salah satu peninggalan Walisongo. Seperti dituturkan Mulyanto, sesaat sebelum membangun Mesjid Agung Demak, para wali sempat berdiskusi untuk memilih kayu yang baik untuk pembangunan mesjid. Nah, salah satu wali, konon sempat mengalami mimpi ada sebuah pohon jati yang kayunya melengkung. ”Menurut cerita, kayu jati itu berasal dari daerah selatan, ya di Wonogiri sini, di sekitar lokasi mesjid ini,” kata dia. Cagar budaya Meski umur mesjid ini diperkirakan sudah ratusan tahun, kondisinya masih sangat terawat. Dijaga kebersihannya, sebagian besar tiang penyangga bangunan juga masih merupakan kayu asli berumur ratusan tahun. ”Mesjid ini memang sempat direhab, tapi hanya sebagian kecil seperti kayu di beberapa bagian dinding diganti karena sudah lapuk, tapi bagian bangunan lainnya masih tetap dipertahankan,” tambah pria itu. Memasuki bagian dalam mesjid, pengunjung dibuat makin terpesona dengan kesederhanaannya yang kaya makna. Dinding-dindingnya terbuat dari kayu, sementara tiang penyangga mesjid yang terbuat dari kayu tua memberi kesan wibawa bagi mesjid tersebut. Di bagian depan ruangan itu, terdapat bilik kecil untuk tempat imam memimpin salat berjamaah. Sementara itu di samping bilik imam, terlihat mimbar, yang juga terlihat tua dengan ukiran-ukiran khas Jawa. ”Bagian lantainya ini, sudah dilapisi tripleks. Dulu lantai hanya terbuat dari kayu, tetapi saat dipakai salat suka menimbulkan bunyi-bunyi sehingga dilapisi tripleks untuk meredam suara itu,” terang Mulyanto. Entah karena auranya atau karena sejarah asal-usulnya yang penuh misteri, mesjid ini dianggap bertuah oleh sejumlah kalangan. Tak heran, dari hari ke hari pengunjung mesjid pun semakin banyak. Beberapa pejabat dan mantan pejabat dari berbagai daerah bahkan diketahui pernah ke mesjid ini untuk iktikaf. Beberapa waktu lalu, petugas Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala mengunjungi mesjid ini untuk melakukan penelitian terhadap bangunan. Hasilnya, mesjid ini ditetapkan sebagai salah satu cagar budaya yang dilindungi oleh undang-undang. - Oleh : Esmasari Widyaningtyas [solopos.net]
Jumat, September 05, 2008
Giriwoyo (Espos)---Kepala Desa Tirtosworo, Kecamatan Giriwoyo Daryatmo tiba-tiba mengundurkan diri dari jabatannya. Belum diketahui pasti alasan pengunduran diri Daryatmo, namun Bagian Pemerintah Desa (Pemdes) Setda Wonogiri mengaku tidak akan memproses pengunduran tersebut karena dianggap tak sesuai prosedur.
Informasi yang diterima Espos dari salah seorang perangkat desa Tirtosworo, Giriwoyo, Rabu (3/9), menyebutkan bahwa Kades Tirtosworo, telah mengajukan surat pengunduran diri melalui Badan Permusyawaratan Desa (BPD) pada 19 Agustus 2008 silam. “Berselang 10 hari kemudian, tim dari Bagian Pemdes Setda Wonogiri sempat bertandang ke desa kami, untuk melakukan pengecekan, tetapi hingga kini SK (surat keputusan) penguduran diri belum turun,” terang sumber Espos yang tak bersedia menyebut namanya. Terpisah, Kepala Bagian Pemdes Setda Wonogiri, Sunarso kepada wartawan di Pendapa Rumah Dinas Bupati, mengatakan telah menerima surat pengunduran diri tersebut. Namun, sambungnya, Bagian Pemdes memutuskan untuk tidak memproses surat itu lebih lanjut karena dinilai tak sesuai prosedur. Oleh: Esmasari Widyaningtyas [solopos.com] sumber : http://www.solopos.com/berita.php?ct=12291&d1=wonogiri
Kamis, September 04, 2008
Kamalan – kebakaran hebat terjadi di desa kamalan lor kecamatan Giriwoyo, kejadian ini terjadi tadi pagi sekitar jam 10:00, kejadian begitu cepat karena pemilik rumah ( Bp Ngatemin & Suti ) tidak berada di rumah karena sedang di sawah angina bertiup sangat kencang dan menghaguskan seluruh rumah beserta isinya, kerugian diperkirakan sekitar 50 juta, sampai berita ini diturunkan ( 12:00 wib )asap masih mengepul dari kejadian. kebakaran terjadi diperkiran karena hubungan arus pendek. Banyak warga membantu untuk memadamkan api. [info via telp : Bp. Suripto ]
Rabu, September 03, 2008
Umat muslim di dunia, termasuk Indonesia, memasuki bulan penuh berkah yakni bulan Ramadan. Persiapan-persiapan untuk menjalankan ibadah puasa pun dilakukan. Mulai dari mempersiapkan perlengkapan ibadah, makanan manis seperti korma untuk berbuka, hingga kesiapan kesehatan bagi mereka yang memiliki riwayat penyakit.
Salah satu bagian tubuh yang sering kali bermasalah saat berpuasa adalah mulut. Sering kali bau mulut seseorang di bulan Puasa menjadi masalah serius dalam hubungan komunikasi dengan orang lain. ”Wajar saja hal itu terjadi karena memang ada yang menyikat gigi setelah tidur usai sahur, ada juga yang tidak. Bau mulut memang tidak bisa terhindarkan,” ujar dokter gigi Hariani Agustiarini. Sebagian orang biasanya menyempatkan diri untuk tidur beberapa saat sehabis sahur dan salat Subuh, sebelum berangkat kerja. Namun, hal ini kerap menimbulkan masalah ketika bangun. Banyak orang yang ragu-ragu untuk menyikat gigi mengingat masih dalam kondisi berpuasa. Mereka beranggapan bahwa menyikat gigi itu makruh. ”Kalau menurut saya, tetap saya sarankan untuk menyikat gigi bila tidur lagi setelah sahur. Karena seberapa lama pun kita tidur, proses pembusukan dalam gigi tetap berlangsung dan itu menimbulkan bau mulut,” kata Hariani. Bakteri di dalam gigi sebenarnya terus melakukan proses pembusukan, terutama setelah makan dan kondisi tubuh tidak aktif atau tidur. Menyikat gigi sebelum tidur tidak menjamin sisa-sisa makanan yang ada di dalam gigi terbuang semuanya. Makanan yang tersisa inilah yang menjadi sumber makanan dari bakteri dalam gigi sehingga berpotensi menimbulkan bau. Tetapi, tingkat bau mulut seseorang tergantung dari kualitas mereka membersihkan gigi. Juga kondisi kesehatan seseorang. Orang yang menderita diabetes, misalnya, mulutnya akan tetap bau. Begitu juga yang menderita maag, bau mulut cepat keluar karena sensasi asam lambung yang cepat. Untuk menjaga agar mulut tetap segar saat puasa dan tidak menimbulkan bau yang berlebih, makanan yang dikonsumsi saat sahur sebaiknya makanan yang tidak berpotensi tinggi menimbulkan bau, seperti pete atau goreng-gorengan. Makanan yang disarankan untuk sahur yaitu makanan tinggi serat seperti sayur dan buah. Bau mulut saat puasa terjadi karena kekeringan pada mulut akibat kurangnya cairan (saliva atau air ludah). Karena saliva berkurang, bakteri dalam mulut pun jadi lebih banyak sehingga muncul bau mulut. Bagaimana mencegahnya? Berikut tips mengatasi bau mulut selama puasa: 1. Hindari makanan yang berpotensi menimbulkan bau seperti bawang merah, bawang putih, petai, jengkol, durian, ikan, daging, juga berbagai produk susu. 2. Kurangi jumlah rokok yang diisap 3. Gosok gigi setelah sahur, berbuka puasa dan mau tidur. Gosok dengan cara yang benar agar gigi dan rongga mulut bersih dan tidak tersisa makanan 4. Untuk membersihkan sisa-sisa makanan di sela-sela gigi, gunakan benang gigi 5. Perbanyak konsumsi buah dan sayur 6. Kurangi konsumsi minuman berkafein 7. Bila menggunakan obat kumur, jangan berlebih karena akan menghilangkan kondisi flora normal yang dibutuhkan gigi.